Tari Topeng Malang merupakan hasil perpaduan
antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan
dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan
dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Salah satu
keunikannya adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab
(Sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan
karawitan model Blambangan.
Tari Topeng sendiri diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Bisanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah2 panji.
Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan dan masih memiliki sesepuh
yaitu Mbah Karimun yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan
tari ini namun juga menciptakan model2 topeng dan menceritakan kembali
hikayat yang sudah berumur ratusan tahun. Sayang sekali Mbah Karimun
tidak memiliki penerus yang dapat menggantikan dirinya melestarikan
kesenian khas daerah Malang ini. Namun tari ini tetap ada di semua waraga malang raya. Mbah Karimun. Ia saat ini memiliki 62 topeng malangan
yang dipajang tepat di pintu masuk resto tradisional miliknya dan topeng
malangan itu mengisahkan cerita Panji Asmorobangun dengan tokoh Dewi Sekartaji, Dewi Kilisuci, Bapang dan Panji Asmorobangun sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar